Maaf, mungkin aku yang terlalu egois sampai aku tak peduli
dengan kisah ini. Entah, mengapa hal sekecil ini bisa membuatku rapuh, bahkan
terkadang merasa sangat rapuh. Apa karena aku terlalu menginginkannya?
Tidak seharusnya aku terpuruk dengan hal-hal yang tidak
diketahui penyebabnya. Aku marah karena apa? Aku marah pada siapa? Aku sendiri
tidak tahu (bodoh). Abstraksi hati yang berujung “galau”, ahhh penyakit apa
ini.
Apa aku berhak marah pada sesuatu yang terjadi secara
kebetulan? Mungkin lain kali saja ya, aku berhak marahnya kalau kebetulan itu
terjadi lagi, ya ya.. (menghibur diri).
Rasa amarah yang tak bisa diungkapkan. Rasa kecewa yang tak
bisa dilampiaskan. Ya, karena rasa itu semuanya tak bertuan.
Kesabaran yang takkan berhenti sampai di sini, karena aku
rasa aku masih punya kesabaran untuk melewati masalah-masalah seperti ini lagi.
Semoga waktu akan menjawab pertanyaanku. God bless, everybody..
sometimes we need depth and a sense of self in order to know how much our hearts... keep smile :)
BalasHapus